Sejarah SMA Negeri 6 Denpasar

Negara Republik Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan ini bisa tercapai manakala dunia pendidikan cukup memadai baik segi kualitas maupun kuantitas. Maka dari itu, pemerintah mendirikan banyak sekolah di berbagai tempat dalam berbagai jenjang.
Di Desa Sanur, dimotori oleh tokoh-tokoh pendidikan dan Tokoh Masyarakat yang berasal dari Desa Sanur, seperti: Lurah Sanur (Ida Bagus Betut Brata tahun 1986), Ida Bagus Banjar sebagai anggota Dewan dari Partai Golkar bersama dengan tokoh masyarakat yang tergabung dalam Yayasan Pembangunan Sanur (YPS). Mereka mengadakan rapat dan dengan jiwa besar bermusyawarah, untuk mencapai mufakat. Akhirnya memutuskan mengusulkan agar ada sebuah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Sanur karena ada tanah Negara yang bisa dibangun Sekolah yang lokasinya ditempat SMAN 6 Denpasar sekarang cuma akses jalan belum ada karena daerah persawahan, akhirnya Beliau Lurah Sanur dgn Tokoh yang lain mengadakan pendekatan dengan warga Sanur untuk bisa membebaskan tanahnya untuk jalan menuju lokasi SMAN 6 Denpasar karena beliau oreang yang sangat disegani oleh rakyatnya sehingga masyarakat bergotong royong untuk membuat jalan menunuju lokasi SMAN 6 Denpasar sehingga akses jalan bisa terealisasi yang diberi nama Jalan Tukad Nyali sesuai dengan nama sungai disepanjang jalan menunju SMAN 6 Denpasar. Ini terjadi dengan pertimbangan bahwa di wilayah Denpasar Selatan Khususnya Sanur belum ada Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat.
Keputusan rapat dari tokoh-tokoh pendidikan dan tokoh masyarakat Sanur tentang akan didirikannya Sekolah Menengah Atas (SMA) yang akan berlokasi bersebelahan dengan Pura Dugul Putih, tepatnya sebelah timur Pura Dugul Putih yang merupakan pura untuk nunas toya ning saat ada upacara pengabenan di Desa Adat Intaran dan Desa Adat Penyaringan. Berkat keinginan masyarakat untuk memajukan pendidikan di wilayah Desa Sanur, pendirian SMA tersebut sangat diapresiasi oleh warga sanur
Akhirnya berdasarkan persetujuan dari masyarakat itulah, tokoh-tokoh pendidikan dan tokoh masuarakat yang ada di Desa Sanur mengajukan permohonan tentang pendirian sekolah kepada Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung melalui Dinas pendidikan Provinsi Bali. Berkat perjuangan dari tokoh-tokoh pendidikan dan tokoh masyarakat Sanur yang bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Provinsi Bali dan dukungan dari Lurah Sanur (I.B. Ketut Bratha) dan Anggota Dewan I.B.Banjar, serta dukungan penuh dari masyarakat, akhirnya SMA Negeri 6 Denpasar mulai beroperasi pada tahun 1986 yang pada awal berdirinya bernama SMA Negeri 6 Denpasar, dengan meminjam lokasi untuk pertama kali di Negeri 1 Sanur yang sekarang SD Negeri 2 Sanur
SMA Negeri 6 Denpasar berdiri pada tanggal 2 Juni 1986 dan diresmikan pada tanggal 14 Juni 1986 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Bapak Prof. Dr. Fuad Hassan. Surat Keputusan tertuang Nomor : 0887/0/1986 tertanggal 22 Desember 1986. Sebagai Kepala Sekolah Pertama adalah I Gusti Ayu Puspa, BA (1986-1990), kedua adalah I Gusti Ayu Alit Rudriani,BA (1990-1998), Ketiga adalah I Wayan Widia, BA (1998-2001), Keempat Adalah Drs I Made Wigama, M.Si (2001-2010) dan yang Kelima adalah Drs I Nyoman Muditha, M.Pd ( 2010-sekarang)
Periode


Kepemimpinan SMA Negeri 6 Denpasar dapat dijelaskan sebagai berikut :
Periode Kepemimpinan I Gusti Ayu Raka Puspa, B.A.
(1986-1990)

Untuk
diketahui bahwa kepala sekolah pertama yang memimpin SMA Negeri 6 Denpasar
adalah I Gusti Ayu Raka Puspa, B.A. Sebagai orang pertama dalam mengendalikan
roda kepemimpinannya membutuhkan waktu, pemikiran, dan tenaga ekstra. Beberapa
hal penting yang patut mendapat perhatian utama adalah sumber daya dan rasio
guru dengan siswa, sumber daya pegawai administrasi, lingkungan sekolah, sumber
daya pendidikan dan lain-lainnya. Semuanya itu merupakan faktor intern berupa
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh lembaga manapun terlebih SMA Negeri 6
yang baru dirintis pendiriannya. Tantangan pertama adalah dalam bidang kegiatan
proses belajar mengajar (PBM) Jumlah siswa angkatan pertama (1986/1987)
sebanyak 136 orang yang dibagi menjadi tiga kelas dengan jumlah tenaga pengajar
sebanyak 11 orang dari segi rasio 12 siswa berbanding 1 orang guru adalah
rasional. Kemudian dari segi jumlah mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa
dengan jumlah guru yang ada dapat dikatakan cukup memadai. Keberadaan seperti
itu, secara kualitas ada peluang untuk bersaing dengan sekolah-sekolah lain
khususnya SMA Negeri yang ada di Kota Denpasar. Tantangan untuk mencapai tujuan
tersebut adalah dipelukan adanya peningkatan semangat belajar siswa dan
mengajar para guru.
Di
samping faktor sumber daya tenaga pengajar dan sumber daya siswa, aspek lain
yang perlu mendapat perhatian untuk mengejar standar mutu minimal yang telah
dicapai oleh SMA Negeri lain di Kotif Denpasar adalah faktor lingkungan
sekolah. Lingkungan sekolah sangat mempengaruhi berhasil dan tidaknya upaya
yang dilakukan untuk pencapaian mutu standar pendidikan. Lingkungan sekolah
yang masih penuh dengan rerumputan sudah jelas mengurangi kenyamanan proses
pembelajaran. Keberadaan seperti itu sangat berpengaruh terhadap upaya
peningkatan kualitas pendidikan. Aspek lainnya yang tidak boleh diabaikan
adalah sumber daya pegawai administrasi. Suatu halyang patut diapresiasi adalah
dalam empat tahun masa kepeminpinannnya dengan dua kali menamatkan, sudah tentu
bahwa apapun hasil yang dapat dicapainya, itu merupakan sebuah prestasi
tersendiri, karena dapat dijadikan pembanding untuk bahan evaluasi oleh
peminpin selanjutnya.
Aspek
lain yang tidak kalah pentingnya sebagai penunjang dan pelengkap dalam upaya
mencapai target standar kualitas (mutu) pendidikan adalah kepemilikan sumber
daya pendidikan yang memadai, meliputi prasarana dan sarana berupa bangunan
pisik, seperti: ruang kelas dan alat-alat kelengkapannya, ruang kepala sekolah,
ruang guru, perpustakaan, tempat ibadah (pura), dan lain-lainnya. Untuk ruang
belajar siswa, pemerintah menyediakan sebanyak lima (5) ruang belajar. Ketika
itu jumlah siswa sebanyak 136 orang siswa dibagi menjadi tiga kelas. Bilamana
di tahun berikutnya secara berturut-turut ditetapkan menerima siswa 3 (tiga)
kelas, maka pada tahun kedua (1987/1988) harus disediakan ruangan belajar
sebanyak 6 (enam) ruangan, dan pada tahun ketiga (1988/1989) minimal memiliki 9
(Sembilan) ruang kelas belajar siswa dilengkapi sarana yang dibutuhkan.
Kebutuhan
lainnya adalah ruang perpustakaan dilengkapi dengan buku-buku pelajaran
utamanya yang dibutuhkan untuk pengembangan kualitas pendidikan siswa. Karena
sekolah dapat dikatakan berusia muda, tentu jumlah buku-buku yang tersedia di
perpustakaan relatif terbatas. Untuk itu, kekuranglengkapan buku-buku yang
tersedia di perpustakaan tentu dapat dibantu dengan daya kreativitas dan
inovatif guru yang mengasuh setiap mata pelajaran. Selain beberapa aspek yang
telah diuraikan di depan, ruang pegawai administrasi sebagai dapurnya untuk
mendokumentasi berbagai kegiatan, baik kegiatan administrasi akademik maupun
administrasi keuangan perlu mendapatkan perioritas. Karena keberadaannya sama
pentingnya dengan kebutuhan ruang kelas belajar dengan berbagai sarana
melengkapinya. Termasuk ruang guru serta kelengkapannya juga tidak dapat
diabaikan keberadaannya.
Selain berbagai
prasarana dan sarana pisik, di SMA 6 Denpasar juga disiapkan prasarana dan
sarana nonpisik yaitu sebuah bangunan tempat ibadah (pura) berukuran 3 x 3
meter. Walaupun berukuran relatif kecil, tetapi cukup representatif untuk
melaksanakan kegiatan upacara keagamaan. Tempat suci dengan sebuah bangunan
padmasari adalah sebagai media komunikasi kepada Hyang Maha Kuasa dengan segala
bentuk dan manivestasinya; sebuah bangunan Tugu Karang tempat memuja kekuatan
Sang Hyang buta kala sebagai
penguasai di lingkungan SMA Negeri 6; dan sebuah palinggih khusus untuk Ratu Niyang, sebagai bentuk kepercayaan
lokal yang masih hidup sampai dengan saat sekarang ini di Desa Sanur.
Periode Kepemimpinan I Gusti Ayu Alit Rudriani, B.A. (1990-1998)

Periode Kedua adalah I Gusti Ayu Alit Rudriani, B.A Sebagai penerus kepemimpinan periode sebelumnya banyak hal yang harus dikerjakan. Selain melanjutkan program yang belum tuntas juga merintis pekerjaan lainnya, seperti penataan lingkungan sekolah dengan penanaman pohon dan pembuatan kolam. Keindahan lingkungan akan dapat memberikan ketenangan dan kenyamanan kegiatan belajar mengajar. Pohon-pohon yang ditanam dipilih yang cocok untuk membuat keindahan lingkungan sekolah, seperti pohon cemara, pohon kelapa, pohon rijasa, pohon sawo, pohon mangga, pohon keben, pohon ketapang, pohon kamboja dan lain-lainnya. Dengan pertimbangan, selain dapat membuat lingkungan sekolah indah juga pertumbuhan dan perkembangannya relatif lambat, serta akar-akarnya tidak mengganggu bangunan sekolah. Penanaman berbagai jenis pohon tersebut disesuaikan dengan kebutuhan ruang. Seperti pohon cemara, pohon kelapa, pohon kamboja ditempatkan di depan bangunan sekolah; pohon ketapang, ditanam di halaman depan sekolah; pohon mangga, pohon keben, dan yang lainnya dibuatkan ruang khusus dan tidak dekat dengan ruang kelas belajar dan difungsikan sebagai hutannya sekolah. Tempat yang dipilih adalah di sebelah selatan tempat suci (pura) dan di sebelah barat laboratorium biologi.
Selain membangun suasana keindahan sekolah dengan penanaman pohon dan pembuatan hutan sekolah, juga dibuat kolam hias berukuran 15 x 10 meter. Kolam dibuat dilengkapi dengan penanaman tunjung warna-warni dengan menjadikan tunjung putih (kumuda) sebagai ikonnya dan dilengkapi dengan pemeliharaan ikan hias yang berwarna-warni, kemudian diberi nama Taman Kumuda Sari. Selain keberadaan kolam tersebut dapat membuat suasana keindahan sekolah, juga diberdayakan sebagai tempat penampungan air dikala musim hujan.
Periode Kepemimpinan I Wayan Windia, B.A. (1998-2001)

Periode Kepemiminan ketiga I Wayan Windia dalam waktu relatif singkat yaitu selama tiga tahun. Selain melanjutkan program kepala sekolah sebelumnya, penataan lingkungan juga menjadi perhatian baginya. Sewaktu kepemimpinannya, diadakan perbaikan dan renovasi bangunan ruang kelas belajar dan laboratorium. Hal tersebut berdampak terhadap dilakukannya penebangan beberapa jenis pohon dan kemudian digantikan dengan penanaman pohon di tempat lainnya sehingga keberadaan lingkungan sekolah tetap hijau. Kolamnya dihapus karena tempat tersebut dimanfaatkan untuk pembangunan gedung laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dalam upaya pengembangan dan kemajuan sekolah. Tidak hanya laboratorium yang dibuat, tetapi tempat parkir siswa, guru-guru, dan pegawai juga dibangunnya. Tetapai sayang, waktu kepemimpinannya sangat singkat, sehingga tidak banyak dapat melakukan sesuatu untuk kemajuan sekolah.
Periode Kepemimpinan Drs. I Made Wigama, M.Si. (2001-2010)

Periode Kepemimpinan keempat Drs I Made Wigama, M.Si dimana SMA Negeri 6 Denpasar pada awalnya ada beberapa kalangan yang mengalamatkan (menyebutkan) sebagai sekolah pinggiran, tetapi tanpa disadari secara berlahan wacana tersebut mulai menghilang. Tampaknya para kepala sekolah yang memimpin sebelumnya termasuk Made Wigama sangat terbuka menerimanya dan menganggap hal seperti itu merupakan sebuah masukan (kritik) agar mau berbenah demi kemajuan lembaga. Berdasarkan catatan singkat tentang kinerja ketiga kepala sekolah yang memimpin sebelumnya, semua memiliki semangat tinggi dan bekerja maksimal untuk kemajuan sekolah. Tetapi di balik semangat tinggi yang dimilikinya, tidak didukung oleh tersedianya dana yang memadai. Dikatakan demikian, karena saat itu sumber dana yang dimiliki terbatas pada bantuan dari pemerintah dan peran komite sekolah sebagai mitra kerja untuk mensuport bantuan dana belum dapat diberdayakan secara maksimal. Dana bantuan komite hanya terbatas pada pelaksanaan proses belajar mengajar (PBM).
Dari sumber RAPBS dapat diketahui bahwa komite sebagai mitra kerja sekolah mulai berperan maksimal dalam penyediaan dana sejak tahun 2003. Bantuan dana yang disiapkan tidak hanya terbatas pada proses belajar mengajar, tetapi sudah meluas pada bantuan untuk pengembangan fasilitas pendidikan, seperti penambahan fasilitas ruang kelas belajar, parkir, penataan taman sekolah, termasuk bantuan biaya untuk siswa yang berprestasi. Dua tahun masa kepemimpinannya tepatnya di tahun 2003 berhasil merenovasi dan memperluas bangunan suci (pura) yang mulanya dibuat dari batu padas dan bata diganti dengan batu hitam dan dilanjutkan dengan upacara mlaspas dan pujawali. Sumber dananya berasal dari Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kota Denpasar, Komite Sekolah, dan dana punia. Untuk menyalurkan bakat dan minat siswa di bidang kesenian, tahun 2004 diupayakan pengadaan seperangkat gamelan gong kebyar dan seperangkat gender wayang. Keberadaan alat musik tersebut dapat memberi kesempatan kepada para siswa yang berbakat untuk menyalurkan minatnya bermain music atau gambelan. Bila ada kegiatan sekolah yang mementaskan tari-tarian tidak lagi iringannya memakai kaset, namun langsung (life) menggunakan gamelan.
Aspek lingkungan selalu mendapat perhatian bagi setiap kepala sekolah yang memimpin sebelumnya. Ketika kepemimpinan Made Wigama penataannya dipertegas dengan diadakan pengelompokkan, yang secara keseluruhan diberi nama “Taman Widya Srama”. Keberadaannya didukung oleh taman-taman kecil, seperti Taman Mandala Sari yang didominasi oleh berbagai jenis bunga berposisi di dekat tempat suci; Kelompok Taman Mandala Pala dan Usadi, yang terdiri atas tanaman buah-buahan yang bermanfaat untuk obat, berposisi di bagian tengah areal sekolah; Taman Cemara dan pohon-pohon lainnya yang bernuansa indah dan disela-selanya dibuatkan meja lengkap dengan kursi dari beton, sebagai tempat para siswa rilek di luar jam belajar; di tempat-tempat yang dipandang strategis dibuat (dipancang) slogan-slogan yang bermakna sebagai motivasi diri untuk bekerja, belajar, dan lain-lainnya. Lingkungan sekolah menjadi semakin indah dengan dibangunnya taman di depan tempat suci. Sebuah patung Dewi Saraswati yang sangat indah dan cantik dikelilingi kolam penuh dengan bunga teratai warna-warni dan penempatannya sesuai warna arah mata angin; dan berpapasan dengan pintu masuk sekolah dipasang patung Ganeca yang dibuat dari batu andesit. Kedua tokoh patung ini keberadaannya sesuai dengan fungsi sekolah yaitu sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan.
Apa yang telah dibangun selama kepemimpinannya, selain mengutamakan proses pembelajaran dan pendidikan perhatian mendalam juga diberikan terhadap lingkungan. Keberadaan lingkungan sangat mempengaruhi dalam upaya membangun citra sekolah. Demikian pula dalam mewujudkan visi SMA Negeri 6 Denpasar menjadikan lembaga pendidikan yang berkualitas dan unggul berlandaskan tri hita karana, keselarasan dengan lingkungan merupakan salah satu bagian penting yang harus diapresiasi, diwujudkan, dipelihara, dan dilestarikan keberlanjutannya. Pada kenyataannya semua bentuk kerja keras dilandasi ketulusan membuahkan hasil, yaitu dapat mengantarkan SMA Negeri 6 Denpasar meraih juara I tentang kerindangan dan meraih Tropi Sekolah Adi Wiyata Tingkat Nasional tahun 2009.
Periode Kepemimpinan Drs. Nyoman Muditha, M.Pd. (2010- Sekarang)

Dalam masa tugas saya saat sebagai guru di SMAN 6 Denpasar pernah menjabat sebagai wakil kepala sekolah, sebagai Humas pada masa kepemimpinan I Gusti Ayu Alit Rudriani dan wakasek bidang Kurikulum pada masa kepemimpinan Made Wigama. Banyak hal yang saya peroleh selama menjabat sebagai wakil kepala sekolah terkait dengan kebutuhan sekolah. Bahkan yang lebih penting adalah mengetahui berbagai kebutuhan bagi sekolah, baik kebutuhan para guru, para pegawai, para siswa maupun yang lainnya. Artinya, bahwa pengalaman sebagai wakil kepala sekolah merupakan modal dasar untuk memanajemen sekolah.
Sebagai kepala sekolah saya menghargai kiprah para pendahulu saya dan memiliki saya komitmen untuk melanjutkan semua program yang ditinggalkannya, seperti untuk merenovasi bangunan kantor pegawai dengan bangunan Gedung Berlantai 3 yaitu Lantai 1 untuk Kantor Adminitrasi/Tata Usaha, Ruang Kepala sekolah, dsan Ruang Wakil Kepala Sekolah, Lantai 2 adalah 3 Ruang Lab. Komputer dan 1 ruang Belajar, Lantai 3 Aula tempat Pertemuan Orang tua Siswa , penataan lingkungan sekolah dengan penanaman pohon kelapa sawit, pohon kelapa, dan tanaman hias lainnya; penghapusan tiga ruang belajar menjadi lapangan upacara dan sepenuhnya ditanami rumput; di lantai bagian depan halaman sekolah dipaving dan dipinggirnya ditanami berbagai tanaman hias; kemudian tembok penyengker sekolah kami renovasi total dengan material batu bata merah dilengkapi dengan dua buah candi bentar untuk pintu keluar-masuk sekolah dan sebuah candi kurung yang hanya dimanfaatkan pada saat-saat tertentu.

Gedung Lantai 3: Ruang Sekretariat, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Komite, Ruang Kelas, dan Auditorium SMA Negeri 6 Denpasar

Candi Kurung, SMA Negeri 6 Denpasar
Demikian pula dengan merombak/menghapus tiga ruangan kelas belajar dan menggantikannya dengan lapangan dan sepenuhnya ditanami rumput; penataan posisi bangunan sehingga tampak tidak kumuh; pembuatan balai wantilan beratap tingkat, sehingga dapat membuat keberadaan lingkungan sekolah menjadi lebih indah, sehingga pada tahun 2012 SMAN 6 Denpasar menerima Anugrah dari Presiden Republik Indonesia Dr Susilo Bambang Yudoyono yang diserahkan oleh Menteri Lingkungan hidup di Istana Presiden pada tanggal 5 Juni 2012 sebagai Sekolah berstatus Sekolah Adi Wiyata Mandiri.

Foto Wantilan Graha Budaya dan Halaman Untuk KegiatanUpacara dan Aktifitas Siswa

Di bidang sumber daya manusia (SDM) selain berupaya meningkatkan kualitas akademis para siswa, dengan memotivasi para gurunya untuk melanjutkan studi ke program pascasarjana (S2) dengan memberi subsidi (bantuan) dana sesuai kemampuan sekolah. Hal lain yang tidak kalah pentingnya berhasil mewujudkan dan bersifat monumental sebagai gagasan/ide kami sebagai Kepala Sekolah adalah terciptanya Hymne SMA Negeri 6 Denpasar dengan lagu dan aransemen Komang Darmayuda serta lirik Anak Agung Gde Raka dan tari kebesaran SMA Negeri 6 “Nur Kumuda” dengan koreographer dan Kompuser Nyoman Cerita dibantu oleh I Gusti Ketut Adnyana dan Ni Wayan Purnamawati. Kemudian sebagai parameter keberhasilan pembinaan kesenian, pada tahun 2012 SMA 6 ikut ambil bagian dalam pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) bergabung dengan Duta Kabupaten/Kota, partisipan Luar Daerah, dan partisipan Luar Negeri.

Tari Kebesaran SMA Negeri 6 Denpasar “Nur Kumuda”
Itulah sekilas tentang kepemimpinan SMA Negeri 6 Denpasar dari baru berdiri sampai sekarang yang usianya sudah menginjak 32 tahun. Semenjak tahun 2010 program Kepala Sekolah untuk 4 tahun pertama kepemimpinannya seperti tersurat diatas adalah memperbaiki sarana prasarana fasilitas/Infrastruktur sekolah yaitu Gedung Kantor Depan, Ruang Belajar, Ruang Guru, Lab Komputer, Perpustakaan, Ruang lapang/Halaman upacara, Wantilan, Tembok Penyengker dan termasuk Kantin, dan dalam bidang budaya terinovasi untuk membuat tari Kebesaran SMAN 6 Denpasar dan Imne SMAN 6 Denpasar semua program ini dalam kurun Waktu 4 tahun dari tahun 2010-2014 sdh bisa terealisasi semua program tersebut diatas berkat batuan Orang tua siswa dan Pemerintah Kota Denpasar, Dinas Pendidikan Provinsi Bali dan bantuan dari Pusat kecuali Gedung Perpustakaan Sekolah belum bisa terealisasi
Setelah Sarana Prasarana memadai terpenuhi pada tahun 2014 di tahun periode kedua kepemimpinan Kepala Sekolah berinisiatif untuk membuat terobosan baru yang inovatif dengan melihat bakat talenta anak dalam memilih Ekstrakurikuler dengan anggota yang cukup banyak sehingga bersama staf / jajaran Wakasek dan Guru untuk bisa meningkatkan prestasi di Bidang akademis maka dibuatlah suatu program Ekstra gabungan yaitu dengan analisis keberprananan dan saling keterkaitan dan saling melengkapi dari fungsi ekstrakurikuler yang ada di SMAN 6 Denpasar yaitu dengan menggabungkan 5 Ekstra ekstra yang saling terkait atau mendukung yaitu antara lain 1). Ekstra KIR, 2). Ekstra Jurnalistik, 3). Ekstra Lingkungan, 4). Ekstra Sispala dan 5). Ekstra Fotografi menjadi satu wadah yang diberi nama Kelompok Peneliti Belia Sixsma (KPB-Sixsma) yang dikomandoi oleh Guru guru SMAN 6 Denpasar I Made Gunada. S.Si selaku Ketua, dan anggotanya Drs I Ketut Sinah, Drs I Wayan Artha, I Kadek Artayasa, ST , I Made Yadnya Putra, SPd, M.Pd dan dibantu oleh pembina luar I Wayan Ananta, dan juga berkerja sama dengan Dosen dosen dari UNUD untuk membantu sebagai pembina Sejak tahun 2014 SMAN 6 Denpasar mulai berbicara dan berprestasi di Bidang akademis dari tingakt Kota, Provinsi, Nasional dan Internasional (Daftar Prestasi Terlampir) sehingga sekarang ”KPB-SIXSMA” dijadikan suatu Program Ekstra ”UNGGULAN” di SMAN 6 Denpasar